Perintah Kaisar Naga Bab 5511

Perintah kaisar naga

Perintah Kaisar Naga Full Episode

A Man Like None Other novel free english

Bab 5511 dari Perintah Kaisar Naga: Kendalikan Takdirmu Sendiri

    Tawanya dipenuhi kekaguman dan kekaguman terhadap David. Baginya, David adalah pahlawannya, mahakuasa.

David tidak menanggapi, melainkan berjalan langsung ke tepi mata air abadi dan duduk bersila.

Ia melambaikan tangannya, dan api hitam putih langsung menyelimuti mata air tersebut.

Api itu, seolah hidup, menari dan berkelap-kelip di atas mata air, memancarkan aura misterius dan kuat.

Saat api menyala, energi abadi di dalam mata air perlahan-lahan tersedot keluar, mengalir melalui hidungnya seperti aliran sungai dan masuk ke dalam tubuhnya. Begitu energi abadi memasuki tubuhnya, rasanya seperti telah menemukan rumah, dengan cepat menutrisi meridian dan dantiannya.

Seiring energi abadi terus mengalir masuk, aura David semakin kaya, dan kultivasinya di tingkat kelima Alam Abadi Duniawi perlahan-lahan mengeras.

Ia bisa merasakan kekuatan spiritual di dalam dirinya semakin padat, seolah ditempa baru.

Bahaya tersembunyi yang samar-samar tertinggal dari penyerapan energi jiwa sebelumnya perlahan-lahan menghilang di bawah nutrisi energi abadi, seperti es dan salju yang mencair di bawah sinar matahari di hari musim dingin.

Hu Mazi berjaga di samping. Ia mengamati sekeliling dengan waspada, tatapannya penuh kewaspadaan dan tekad.

Ia tahu bahwa David sedang dalam masa kritis kultivasi dan tak boleh diganggu oleh siapa pun. Ia bagaikan penjaga setia, menjaga keselamatan David, bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Sekitar satu jam kemudian, energi abadi di mata air peri terserap, dan mata air tersebut kehilangan kecemerlangannya, menjadi tak berbeda dengan mata air biasa.

Mata air peri yang semula mengeluarkan kabut putih kini menjadi tenang dan biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa.

David perlahan membuka matanya, dan secercah cahaya melintas di matanya. Kilauan itu bagaikan kilat di langit malam, menerangi seluruh lembah.

Aura di sekelilingnya juga stabil, bagaikan gunung yang menjulang tinggi, kokoh dan kuat.

“Bagaimana?”

Hu Mazi buru-buru melangkah maju dan bertanya, matanya dipenuhi kekhawatiran dan antisipasi.

Ia sangat ingin tahu hasil kultivasi David. Menurutnya, peningkatan kekuatan David berarti mereka memiliki lapisan keamanan ekstra di dunia yang berbahaya ini.

“Lumayan, kultivasiku sudah stabil.”

David berdiri dan meregangkan otot-ototnya. Gerakannya halus dan alami, seolah setiap otot berada di bawah kendalinya.

“Meskipun mata air abadi ini kecil, ia telah memecahkan masalahku saat ini. Namun, untuk menembus ke tingkat keenam Alam Abadi Duniawi, aku membutuhkan lebih banyak sumber daya.”

Nadanya tegas dan penuh harap, seolah ia sudah bisa melihat hari di mana ia akan menembus ke alam yang lebih tinggi.

Ia menatap ke kejauhan, matanya tegas dan dalam, seolah ia telah melampaui batas waktu dan ruang dan melihat masa depan yang tak diketahui.

“Ayo pergi, lanjutkan pencarian di mana Aula Keenam Kuil Ilahi. Setelah kita mendapatkan batu abadi Aula Keenam, terobosan tak lama lagi.”

Suaranya, meskipun lembut, penuh kekuatan, seperti panggilan untuk bertindak, memacu dirinya dan Hu Mazi.

Hu Mazi mengangguk, dan mereka berdua, tanpa henti, menuju Aula Keenam Kuil Ilahi.

Angin dari gurun masih menggigit, menyengat wajah mereka, tetapi tak mampu menggoyahkan tekad mereka untuk terus maju. Tekad itu membara bagai api yang membara di dalam diri mereka, menerangi jalan di depan.

Meskipun jalan di depan penuh bahaya, Hu Mazi merasa yakin selama David bersamanya.

Ia menganggap David sebagai tulang punggungnya, penopangnya di dunia yang kacau ini.

David tahu bahwa jika ia ingin mengungkap konspirasi antara Kuil Ilahi dan Aula Kejahatan, dan melindungi Master Aula Keempat, ia harus segera meningkatkan kekuatannya.

Hanya dengan menjadi cukup kuat ia dapat berpijak di Langit Ketujuh yang berbahaya dan melindungi semua yang ingin ia lindungi.

Ia bagaikan seorang musafir tunggal, terus melangkah di jalan berduri ini, tak pernah mundur selangkah pun, seberat apa pun kesulitan dan tantangan yang ia hadapi.

Ia tahu di belakangnya, tak terhitung pasang mata yang menanti, tak terhitung banyaknya orang yang menunggu untuk dilindungi.

Ia harus menjadi lebih kuat, cukup kuat untuk mengendalikan takdirnya sendiri, cukup kuat untuk mengubah aturan dunia ini.

« Bab SebelumnyaDaftar IsiBab Selanjutnya »