
Perintah Kaisar Naga Full Episode
A Man Like None Other novel free english
Bab 5495 dari Perintah Kaisar Naga: Tidak Terkait
Hu Mazi melihat sekilas sebuah token hitam tergantung di pinggang Scarface. Kata “jahat” terukir di sana, identik dengan token yang pernah dilihatnya dari Kuil Dao Jahat sebelumnya.
Detak jantungnya semakin cepat, menyadari penantiannya akhirnya terbayar.
Saat itu, percakapan dua biksu di meja sebelah terdengar di telinga Hu Mazi.
“Sudah dengar? Orang-orang dari Kuil akhir-akhir ini mengadakan ritual, dan banyak biksu yang hadir. Tapi setelah itu, mereka sepertinya kehilangan jiwa mereka,”
kata seorang biksu dengan suara rendah.
“Ssst! Kecilkan suaramu! Apa menurutmu kita bisa membahas urusan Kuil? Terakhir kali, seorang kultivator pengembara ditampar mukanya oleh orang-orang Kuil karena terlalu banyak bicara!”
biksu lain memperingatkan dengan ngeri.
“Apa yang kau takutkan? Kudengar orang-orang dari Kuil akhir-akhir ini semakin dekat dengan Kuil Dao Jahat,”
kata biksu itu, mencondongkan tubuh ke telinga biksu lainnya dan berbisik, “Sepertinya Kuil Dao Jahat sedang mencari ‘guci jiwa’, yang konon mampu menampung jutaan jiwa. Sepertinya Kuil itu memilikinya.”
Hu Mazi mendengarkan dengan saksama, hatinya mencelos.
Kata-kata “guci jiwa” dan “jutaan jiwa” menghantam hatinya bagai palu berat.
Mungkinkah ini ada hubungannya dengan hilangnya jiwa anggota keluarga Hu yang ingin ia selidiki?
Ia hendak mendengarkan dengan saksama ketika Scarface tiba-tiba melirik ke meja di sebelahnya. Kedua biksu itu langsung diam, buru-buru membayar tagihan, dan meninggalkan kedai teh.
Scarface menghabiskan minumannya, bangkit, dan pergi bersama kedua anak buahnya.
Hati Hu Mazi tergerak, dan ia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang baik baginya untuk mengikuti mereka dan mencari tahu kebenarannya.
Ia mengikuti dengan tenang dan mengaktifkan jimat penyembunyi untuk menutupi tubuhnya.
Mengikuti mereka, Hu Mazi melewati beberapa gang sempit yang dipenuhi bau busuk. Dindingnya ditumbuhi tanaman merambat hitam, bagaikan tentakel kegelapan.
Akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah altar kosong.
Altar itu dipenuhi rune hitam, yang berkilauan dengan cahaya aneh, seolah menyembunyikan rahasia yang tak berujung.
Di tengah altar berdiri sebuah pot tanah liat setinggi setengah manusia. Dari pot itu terdengar jeritan nyaring jiwa. Suaranya seperti ratapan dari neraka, yang membuat punggung Hu Mazi merinding.
“Apakah barang-barangnya sudah siap?”
Seorang biksu berjubah putih perlahan keluar dari balik altar. Sudut jubahnya bersulam kata emas “Dewa”. Dia adalah anggota kuil!
Scarface mengangguk dan mengeluarkan sebuah kantong penyimpanan dari dadanya. “Ini berisi 500.000 batu abadi. Aku perkirakan sejumlah besar akan segera dikirim dari alam bawah. Kapan ‘Guci Jiwa’ akan diberikan kepada kita?”
Biksu berjubah putih itu mencibir, tawanya dipenuhi dengan penghinaan dan ejekan. “Apa terburu-buru? Setelah kepala kuil kami mengisi Guci Jiwa untukmu, kami akan dengan sendirinya memberikannya kepada Kuil Jalan Jahatmu. Kau akan berkultivasi dengan rohmu, dan kami akan berkultivasi dengan batu abadi. Kami tidak akan berhubungan lagi.”
“Kuilmu lebih cepat mengumpulkan jiwa daripada kami. Kami perlu mengumpulkannya di tempat-tempat yang sedang terjadi pertempuran, tetapi kau bisa menipu para biksu itu untuk memegang altar dan kemudian mengambil jiwa mereka secara langsung.”
Tangan Hu Mazi mengepal memutih mendengar kata-kata ini.
Orang-orang kuil benar-benar bisa melakukan hal keji seperti itu. Lagipula, tanpa jiwa, para biksu tidak akan dapat terus berkultivasi dan berkembang. Mereka tidak akan berbeda dengan kematian.
Tepat ketika Hu Mazi hendak melihat lebih dekat ke pot tanah liat di altar, ia tiba-tiba ditemukan.
Mantra penyamarannya gagal, dan auranya langsung terekspos.
“Siapa?”
Biksu berjubah putih itu tiba-tiba berbalik, matanya setajam pedang. Pedang panjang di tangannya langsung terhunus, dan cahaya pedang keemasan menebas ke arah Hu Mazi!
Hu Mazi segera mengaktifkan mantra penyamarannya lagi dan menghindari cahaya pedang.
Namun, energi pedang itu tetap membuat lubang di sudut jubahnya.
Energi pedang itu seakan membawa kekuatan yang membakar, menyebabkan kulitnya perih.