Pengenalan Sampai maut memisahkan kita Episode 2

Till Death Do Us Part – Sampai maut memisahkan kita, novel bahasa Indonesia karya Elkintong. Episode 2 Pengenalan.

Till-Death-Do-Us-Part-karya-Elkintong

Nafia Almahyra Kareem, usianya 29 tahun. Dia dokter di RS Mitra Medika, setelah menyelesaikan masa internshipnya dan mendapatkan STRnya, dia kemudian melanjutkan bekerja di Rumah Sakit yang sama hingga kini, tepatnya dia sudah bekerja sebagai dokter umum di RS ini sudah 2 tahun lamanya diluar program internshipnya.

Fia nama panggilannya, selain berprofesi sebagai dokter, wajah cantiknya ini memang turun dari perpaduan bapaknya yang turunan Arab dan ibunya asli Sunda. Jafar Umar Kareem, 63 tahun, merupakan seorang pengusaha supplier pelumas. Istrinya Rahimah Anisah 55 tahun sendiri diberi mandat oleh suaminya memegang beberapa minimarket di seputaran Bekasi dan Bogor.

Anak pertama mereka ialah Shakila Adiba Kareem, sudah menikah dan ikut suaminya tingggal di Singapura. Suaminya adalah salah satu eksekutif di bank international, sehingga di rumah hanya tertinggal mereka bertiga dengan Fia.

Fia sendiri saat ini bertunangan dengan Hanif Hafizhan, 32 tahun. Pengusaha keturunan Arab juga. Dia mewarisi beberapa usaha dari orangtuanya, termasuk klinik dan jaringan apotik. Pertemuannya dengan Fia terjadi saat Fia masih koas, dan sedang ikut acara kesehatan yang disponsori oleh klinik Hafizh.

Setelah Fia menjadi dokter magang 2,5 tahun lalu, mereka bertemu lagi dan resmi berpacaran. Jafar tentu sangat senang dengan calon menantunya. Selain memiliki darah yang sama, profesi pengusaha yang disandang oleh Hanif tentu sangat ideal untuk anaknya yang bungsu.

Yang jelas selain ganteng dan berdarah Arab, Hanif emang sangat cocok dengan Fia. Dengan tinggi sekitar 180 cm, dia terlihat elegan jika berjalan bersama dengan Fia yang bertinggi 168 cm.

25 tahun yang lalu mereka pindah ke Bekasi, ke perumahan yang mereka tempati saat ini, rumah yang mereka beli ketika itu tipe hook. 10 tahun yang lalu, kemudian rumah yang disamping mereka dijual, dibeli oleh Jafar.

Rumah itu terpisah 1 kavling dengan rumah yang ditempati oleh keluarga Jusuf Yusran dan Ulfa. Pasangan ini dikarunia anak dua, yang pertama namanya Aslan Syahril, yang kini berusia 23 tahun dan adiknya Belinda Shanika yang berusia 18 tahun.

Aslan yang diambil dari bahasa Turki yang artinya Singa, karena memang dia merupakan pembaca karya C.S Lewis, sehingga diambillah nama itu untuk anaknya yang pertama. Dan kemuadian anak kedua lahir perempuan membuat keluarga ini semakin lengkap kebahagian mereka.

Meski Yusran hanyalah pegawai biasa di Terminal Peti Kemas di kawasan berikat, namum tekadnya agar anak-anaknya berhasil sangat kuat. Dia menginginkan anaknya dapat pendidikan yang terbaik.

Suasana dan hubungan bertetangga ini sebenarnya biasa-biasa saja, selain saling menghargai sesama tetangga. Meski secara ekonomi memang keluarga Jafar sedang menanjak, mereka merencanakan membongkar rumahnya untuk membangun agar dua rumah yang sekarang bisa disatukan.

Hingga akhirnya sebuah kejadian merubah hubungan baik keluarga ini.

Aslan sesuai dengan namanya, dia bagaikan singa yang liar dan bandel. Selain bandel di sekolah, di lingkungan rumahnya pun dia memang dikenal nakal. Di usia yang ke 13 tahun, dia mulai dilanda pubertas. Dan salah satu wanita yang menarik perhatiannya ialah tetangganya sendiri yaitu Fia, yang saat itu mulai kuliah di UI sebagai mahasiswa kedokteran.

Suatu sore, selepas maghrib saat itu karena ada tanah kavling kosong diantara dua rumah itu, Fia sedang mandi. Kamar mandinya yang dirumah yang baru dibeli, memang punya ventilasi keluar ke arah tanah kavling kosong. Aslan yang memang terobsesi dengan Fia, sengaja membuat dudukan dengan bata bekas yang ditumpuk, agar dia bisa mengintip Fia yang sedang mandi.

Ternyata aksi dia dipergoki oleh pembantu mereka yang sedang membuang sampah. Aslan yang kaget segera lari masuk ke rumahnya. Kejadian memalukan ini segera heboh, dan Jafar dan istrinya datang mengamuk ke rumahnya karena Aslan mengintip putrinya yang sedang mandi.

Jusuf jelas malu dan marah besar. Sepulangnya dia dari kerjaan, Aslan dihajar habis-habisan oleh Jusuf. Dia dan istrinya sampai datang meminta maaf ke keluarga Jafar, meski tidak diterima dengan baik.

Semenjak kejadian itu, hubungan kedua keluarga itu memburuk. Keluarga Jafar benar-benar memusuhi keluarga Jusuf. Mereka bahkan sampai meminta ketua RT menegur keluarga itu, meskipun sebenarnya ini kesalahan dari anak yang masih kecil.

Dan ini juga berimbas ke hubungan antara anak dan ayah. Hampir setiap ada kesalahan, maka Jusuf tidak segan-segan menghajar Aslan yang memang bandelnya agak diluar batas.

Bagi Jusuf, Aslan sudah menaruh malu bagi keluarganya. Meski Ulfa sudah meminta agar Jusuf agar jangan terlalu kasar ke Aslan, namun pengaruh pandangan tetangga, ditambah dengan perlakuan keluarga kaya dari Jafar ke mereka, sangat membekas di hati Jusuf.

Kemudian tanah tersebut laku dibeli orang, dan Jafar mambangun rumah yang sangat besar setahun kemudian, namun hubungan keluarga itu sudah hancur akibat ulah Aslan.

Aslan akhirnya setamat SMA dia melanjutkan ke Unhas memilih tekhnik kelautan. Dia memilih menjauh dari ayahnya daripada setiap hari dia berdua hanya ribut melulu, dan dia juga lelah jadi bahan pelampiasan kemarahan ayahnya, yang karena menanggung malu lalu sering menghajar dirinya.

Tinggal terpisah dari orangtuanya, sedikit demi sedikit mendewasakan Aslan. Dia benar-benar belajar tekun dan bertekad harus pulang dengan gelar sarjana. Dia selama kuliah tidak pernah pulang sama sekali.

Aslan akhirnya pulang setelah kuliahnya menginjak semester 4, sayangnya kepulangannya kali ini ialah untuk mengantar Jusuf ke peristirahatan terakhirnya. Jusuf meninggal akibat serangan jantung yang dideritanya.

Meninggalnya Jusuf, sekaligus merubah semua haluan hidup Aslan dan keluarganya. Mereka selama ini hanya berharap dari hasil kerja Jusuf, simpanan nyaris tidak ada. Untuk bertahan hidup, Ibunya Ulfa mencoba membuka warung makan di pasar dekat rumahnya. Dengan adanya uang santunan dan pensiun dari Jusuf, Ulfa mencoba memanfaatkannya.

Melihat kondisi keluarganya, dia tahu ibunya juga secara fisik tidak baik-baik saja. Aslan memutuskan cuti dari kuliah. Meski Ulfa marah dan melarang, namun Aslan nekad dan tetap mengambil cuti kuliah. Dia tidak tega melihat ibunya banting tulang, subuh-subuh sudah ke pasar menyiapkan bahan untuk jualan, pulang ke rumah selesai maghrib.

Aslan lalu ikut dengan Paman sahabatnya Ramli, yang membuka usaha sebagai surveyor di Kendari. Dia lalu ikut bersama dengan Pak Muhammad Yahya sebagai trainee surveyor, belajar untuk mengerjakan survey dan cargo claim.

Semangatnya dan tekad kuatnya membuat dia dengan cepat menguasai pekerjaannya. Tidak membutuhkan waktu lama dia segera menjadi surveyor andalan bagi perusahaan tersebut. Kuliahnya kini sudah tidak dia pedulikan lagi, karena sudah keasyikan bekerja. Dia bahkan meminta ibunya untuk berhenti membuka warung makan, dan menggantinya dengan warung klontong, agar tidak terlalu lelah. Biaya sekolah Linda juga sudah menjadi tanggungannya kini.

Situasinya semakin membaik, saat Pak Yahya bossnya kemudian berani membuka sendiri usahanya. Dia memanfaatkan koneksi yang sudah lama dengan banyak kliennya, dan kemudian mengajak Aslan ikut bersamanya.

Yahya membuka kantor baru yang berpusat di Makasar, dia menangani urusan hingga Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin dan Makasar. Untuk kantor di Kendari hingga dearah Kolaka dan sekitarnya, dia mempercayakan ke anak muda yang bernama Aslan.

Setahun terakhir ini, Aslan di usia yang sangat muda, sudah memegang kantor cabang. Dia semakin sibuk dan banyak bepergian ke lokasi dimana ada survey dan pekerjaan yang datang. Kuliahnya kini sudah semakin malas dia, dia hanya menyelesaikan sertifikasi sebagai surveyor, dan bagi dia itu sudah cukup.

Laporan dan hasil kerjanya memang sangat mumpuni dan baik, sehingga klien dan pekerjaan hadir nyaris tidak pernah putus. Dia kini sudah bisa mengontrak rumah di Kendari, dibekali kendaraan operational, memiliki 4 staff pendukung. Bahkan bulan lalu dia mulai berani untuk membeli mobil meski secara kredit untuk ibunya dan adiknya.

Kesibukannya di Kendari membuat dia jarang pulang, dan kali ini dia bisa pulang karena ada meeting di Jakarta, sehingga dia bisa mampir di rumahnya, dan kemudian bertemu dengan Fia.

Bagi dia, Fia memang tidak berubah, malah semakin cantik. Dia merasa sangat bersalah terhadap wanita itu. Dia tahu bahwa sebenarnya Fia pun sudah memaafkannya. Waktu dia SMA sering bertemu dengan Fia, dan setiap dia bertemu, Fia selalu tersenyum kepadanya. Berbeda dengan ayahnya yang memandangnya sebagai sampah.

Dia juga saat pulang dia sempat melihat mereka datang ke rumah, tanpa Jafar, saat papanya meninggal. Dia juga melihat saat pacarnya jika datang menjemput Fia dengan mobil mewah yang berganti ganti.

Dan pertemuan di mall kemarin seakan meruntuhkan semua dinding prasangka yang ada selama ini. Aslan lega saat tahu bahwa Fia sudah marah lagi dengan dirinya. Dan lebih lega lagi setelah kejadian itu dia bisa langsung meminta maaf kepada Fia.

Dia ingat dulu meski sering mengintip Fia mandi, sebenarnya dia hanya bisa melihat punggungnya dan kepalanya saja, karena ventilasinya tinggi, bahkan melihat badannya dia kesulitan. Namun dasar bandel dan rasa ingin tahunya yang tinggi, membuat dia nekad melakukan itu.

Sebaliknya bagi Fia, dia jujur kaget melihat perubahan di diri Aslan. Terakhir dia melihat Aslan itu SMA, bahkan saat kuliah mereka datang melayat, dia tidak sempat melihat sosok Aslan. Makanya dia kaget melihat Aslan yang sekarang. Badannya tinggi besar, berisi, tidak cungkring lagi seperti di SMA. Rambutnya yang gondromg khas anak muda tipe boyband juga membuatnya jadi berbeda.

Sikap bandelnya dulu waktu kecil, kini berubah menjadi sangat manis, apalagi saat mereka berbincang sewaktu makan. Fia dibuat takjub, melihat perubahan itu. Dan sejak lama memang dia sudah memafakan perbuatan nakal Aslan, baginya itu kenakalan anak tanggung yang ingin tahunya besar.

Namun tidak demikian dengan Jafar ayahnya. Kemarahan atas penghinaan yang menurutnya dilakukan oleh Aslan, sperti menginjak harga diri keluarga mereka, dan hingga ayahnya Aslan meninggal, bahkan melayatpun dia memilih tidak ikut. Baginya keluarga Jusuf adalah musuhnya dia, bahkan mereka pindah lebih baik buat dirinya.