Perintah Kaisar Naga Bab 5335

Perintah kaisar naga

Perintah Kaisar Naga Full Episode

A Man Like None Other novel free english

Bab 5335 Keluar

Terkadang ia bahkan tak perlu menyerang dengan sengaja; aura keemasan yang terpancar dari tubuhnya saja telah meluluhlantakkan tubuh para kultivator tingkat rendah, seolah-olah mereka telah bertemu musuh bebuyutan.

Seorang kultivator mencoba menyerang diam-diam dari belakang, menghunus bilah tulang yang sarat energi jahat, dan menusuk David dari belakang.

Seakan David mengawasi punggungnya, tanpa menoleh, ia mengayunkan tangannya ke belakang, dan energi pedang keemasan menembus udara, seketika membelah kultivator dan bilah tulang itu menjadi dua.

“Sekelompok sampah,”

bisik David lembut, suaranya datar namun dipenuhi tatapan acuh tak acuh yang merendahkan semua makhluk.

Ia bergerak menembus gerombolan musuh seolah-olah di ruang hampa, setiap ayunan pedang membawa kematian ke sepetak tanah.

Ke mana pun cahaya keemasan itu lewat, energi jahat itu lenyap, dan tulang-tulang meleleh, seolah-olah bahkan tanah yang ternoda oleh kejahatan pun bergetar di bawah kekuatannya.

Setengah jam kemudian, pertempuran di lembah itu benar-benar berakhir. Kecuali Youyue, yang diseret ke istana oleh Hu Mazi, semua kultivator Aula Dao Jahat telah dibantai.

Tanah dipenuhi mayat dan tulang, udara dipenuhi bau darah dan daging hangus, sebuah pemandangan yang luar biasa mengerikan.

David berdiri di depan gerbang istana, menatap istana berwarna merah darah itu, tatapan serius terpancar di matanya.

Ia bisa merasakan aura kuat mengintai jauh di dalam istana, beberapa kali lebih kuat daripada You Wuxie dan You Wuji. Jelas sekali aura itu adalah penguasa Istana Dao Jahat!

“Keluar!”

teriak David, suaranya dipenuhi energi spiritual, menggema di lembah. “Semua anak buahmu sudah mati. Berapa lama lagi kalian akan bersembunyi?”

Hening sejenak, diikuti tawa sinis yang seolah menembus tulang-tulang manusia, membekukan tulang-tulang mereka. “David yang baik, bajingan yang baik! Kau berhasil sampai sejauh ini! Aku terkesan.”

Sesosok gelap melayang keluar dari kedalaman istana, terbungkus jubah hitam yang bahkan lebih lebar. Wajahnya tak terlihat, tetapi kehadirannya terasa nyata—seorang Dewa Bumi tingkat sembilan!

“Penguasa kuil cabang?”

David mencengkeram Pedang Pembunuh Naga erat-erat, pikirannya terfokus dan waspada, api keemasan di sekelilingnya berkobar semakin ganas.

Sosok berjubah hitam itu perlahan mengangkat kepalanya, memperlihatkan sepasang mata merah tua di balik tudungnya, bagaikan dua batu permata merah darah. “Ini aku, Yang Mulia. Kau telah membunuh begitu banyak murid kuil cabangku dan menghancurkan altarku. Hari ini, aku akan membuatmu membayarnya. Aku akan memurnikan jiwamu menjadi tonik untuk Yang Mulia!”

“Berhenti bicara omong kosong!”

Mata David berkobar dengan niat membunuh, dan ia mengarahkan Pedang Pembunuh Naga langsung ke sosok berjubah hitam itu. “Benarkah jiwa keluarga Hu telah dikirim ke kuil utama?”

Sosok berjubah hitam itu mendengus, nadanya penuh penghinaan. “Memang, jiwa-jiwa orang kuat seperti mereka seharusnya dipersembahkan kepada para penguasa kuil utama. Jika kau ingin menemukan mereka, pergilah ke kuil utama, tapi… aku khawatir kau tak akan punya kesempatan itu.”

Sebelum ia selesai berbicara, ia melambaikan tangannya dengan keras, dan energi hitam yang tak terhitung jumlahnya melonjak dari telapak tangannya, seketika berubah menjadi beberapa ular berbisa hitam setebal ember. Dari mulut mereka, mereka menyemburkan lidah bercabang dan, dengan desisan tajam, menerkam ke arah David. Ke mana pun ular berbisa itu lewat, udara terkorosi dengan suara mendesis.

David mendengus dingin, dan api keemasan pada Pedang Pembunuh Naga berkobar. Ia berteriak pelan, dan naga api pada pedang itu muncul kembali. Kali ini, naga api itu lebih padat dari sebelumnya, seolah-olah memiliki kehidupan.

Ia membuka mulutnya yang besar, mengeluarkan raungan yang memekakkan telinga, lalu menerjang ular-ular hitam itu.

Api keemasan itu bertabrakan dengan ular-ular hitam berbisa, dan seketika membakar ular-ular hitam itu hingga menjadi abu. Api yang tersisa terus menyebar ke arah pria berjubah hitam itu.

“Lawanmu adalah aku!”

Suara Hu Mazi terdengar dari istana, lalu cahaya merah melesat ke langit. Sosok Hu Mazi muncul di belakang pria berjubah hitam itu, memegang jimat yang menyala-nyala dengan api yang berkobar di tangannya. Aura yang dipancarkan jimat itu tak lebih lemah dari api naga milik David.