
Perintah Kaisar Naga Full Episode
A Man Like None Other novel free english
Bab 5302 Hampir Mati
“Puff!”
Dengan bunyi gedebuk pelan, David merasa seolah-olah sebuah gunung menghantam punggungnya, membuatnya melayang seperti layang-layang yang talinya putus. Ia
menghantam kubah Kuil Cahaya Suci dengan keras, melubangi ubin-ubin kacanya yang kokoh. Ia mendarat dengan canggung di alun-alun di luar.
“David!”
seru Hu Mazi dan Mo Chen bersamaan, tak lagi mempedulikan apa pun saat mereka bergegas menuju David.
Sosok Wang Shengguang muncul di atas alun-alun, menatap David yang terkapar di tanah seperti anjing mati. Senyum kejam tersungging di wajahnya. “Alam Sanxian tetaplah Alam Sanxian. Sekalipun kau jenius, kau takkan mampu melampaui alam agung untuk menantangku.”
Ia mengangkat tangan kanannya, dan sebuah bola cahaya yang menyilaukan, seterang matahari, menyatu di telapak tangannya. Kekuatan di dalamnya mendistorsi udara.
“Sudah berakhir.”
Bola cahaya itu perlahan turun ke arah David, melelehkan tanah ke mana pun ia lewati, mengepulkan asap putih.
Tepat pada saat itu, Hu Mazi dan Mo Chen akhirnya tiba di sisi David.
Hu Mazi memanggil semua jimatnya, membentuk dinding tebal. Mo Chen memegang pedang di depannya. Kedua pria itu secara bersamaan menyalurkan energi spiritual mereka, berusaha menangkis serangan mematikan itu.
“Kau melebih-lebihkan kemampuanmu,” Wang Shengguang mendengus dingin, dan bola cahaya di telapak tangannya sedikit bergetar.
“Bang!”
Dinding dan energi pedang hancur berkeping-keping di hadapan bola cahaya itu. Hu Mazi dan Mo Chen menyemburkan darah dan terpental mundur, menghantam tanah dengan keras, nyawa mereka tak menentu.
David berusaha mengangkat kepalanya, menatap kedua pria yang tak sadarkan diri itu, matanya merah.
Ia mencoba berdiri, tetapi mendapati anggota tubuhnya mati rasa. Energi spiritual dan roh jahat di dalam dirinya terdistorsi sepenuhnya, membuat menggerakkan jari pun terasa sangat sulit.
Bola cahaya itu semakin dekat, panasnya yang menyengat membakar kulitnya.
Ia bisa merasakan bayang-bayang kematian membayangi, dan kebencian memenuhi hatinya. Apakah ia akan mati di sini?
Wang Shengguang tersenyum penuh kemenangan, seolah-olah ia sudah bisa melihat David dimurnikan menjadi abu oleh cahaya suci.
Namun, tepat ketika bola cahaya itu hendak mengenai David, sebuah suara dingin tiba-tiba bergema di langit dan bumi: “
Yang Mulia, menindas yang lemah sungguh tak pantas.”
Sebelum kata-katanya selesai, energi pedang perak yang cemerlang, bagaikan meteor yang menembus langit malam, melesat dari langit dan tepat menebas bola cahaya keemasan itu.
“Krak!”
Sebuah pemandangan mengejutkan pun terjadi. Bola cahaya keemasan itu, yang cukup kuat untuk dengan mudah melenyapkan seorang kultivator Abadi Bumi, terbelah dua oleh energi pedang perak, lalu lenyap di udara bagai buih.
Ekspresi Wang Shengguang berubah drastis. Ia tiba-tiba menatap langit, matanya dipenuhi keterkejutan dan ketidakpercayaan. “Energi pedang itu… apakah kau?”
Sesosok berpakaian putih melangkah di udara, langkahnya lambat, namun memancarkan aura dominasi.
Pendatang baru itu menghunus pedang panjang kuno, wajahnya tampan dan tatapannya acuh tak acuh, seolah tak ada apa pun di dunia ini yang berarti baginya.
Pupil mata David mengerut saat ia menatap pendatang baru itu. Ia pernah melihat wajah ini sebelumnya!
Di Tangga Surgawi, kultivator pedang Li Chunfeng yang telah ia selamatkan!
Li Chunfeng mendarat di depan David dan mengayunkan pedangnya dengan lembut. Energi pedang yang lembut menyapu David, Hu Mazi, dan Mo Chen, luka mereka sembuh dengan kecepatan yang nyata.
Ia berbalik dan menatap Wang Shengguang. Nadanya tetap tenang, namun tersirat niat membunuh yang tak terelakkan: “Kau menyakiti Tuan Chen, dan kau harus mati.”
Wang Shengguang menatap Li Chunfeng, dan untuk pertama kalinya, rasa takut melintas di wajahnya. Suaranya sedikit bergetar. “Li… Li Chunfeng? Bukankah kau telah menghilang selama ratusan tahun? Bagaimana kau bisa ada di sini?”
“Bagaimana kau kenal David ini?”
Li Chunfeng tidak menjawab pertanyaan Wang Shengguang, tetapi hanya berkata, “Tuan Chen adalah guruku.”
Guru?
Kata-kata itu bergema bagai guntur di telinga semua orang.